Minggu, 17 Februari 2013

INDAHNYA KEBERSAMAAN


08.00 WIB handphoneku berdering, kulihat ada panggilan dari rekan kerja. Saat itu aku sudah siap meluncur ke kantor. Rekanku iseng, diawal telephon menanyakan apakah aku sudah bangun dan sudah mandi. Sontak kujawab dengan senyum seringai kuda bahwa aku sudah siap untuk meluncur. Dari belakang telephon kudengar suara cekikikan dari teman-teman yang lain. To the point, tujuan rekanku telephon adalah menanyakan apakah aku punya stock margarin di mess. Kujawab "nggak, kalian kan tahu ku ga pernah masak karena ga punya fasilitas untuk memasak". Setelah kutanya lebih lanjut untuk apa margarin tersebut, mereka serempak bilang untuk bakar jagung. Maka kulangsung bilang, "OK. Nanti aku belikan di koperasi".

Aku segera meluncur ke kantor sambil menjemput rekan kerja yang mau ikut bareng. Tak butuh waktu lama untuk mencapai tempat kerja dengan motor inventaris perusahaan karena jarak antara mess dan kantor kurang dari 1 KM.


Senin, 21 Januari 2013

Salahkah?

Pulau Bidadari-Kep. 1000
Waktu melesat begitu cepat...
Atau aku yang terlalu lambat?
Seketika kudapati benih yang kusemai telah berbunga
Kapan ia bertunas sampai batangnya sekokoh ini?
Ah, semua luput dari pengetahuanku...

Anak tetangga yang dulu kutimang sepulang sekolah
Kini sudah punya jadwal rutin dimalam minggunya
Teman sepermainan tak ada lagi yang bisa kuajak ini dan itu
Semua asyik dengan hidupnya sendiri
Setiap kali kutanya kabarnya, mereka antusias cerita tentang keluarga kecilnya
dan selalu diakhiri dengan pertanyaan "kamu kapan?"

Adakah yang salah dengan semua ini?
Setiap segala sesuatu kutanyai
Jawaban yang kudapati "tak ada yang salah, hanya butuh waktu yang tepat"
Yasudah aku mencoba sabar dan terus berusaha memecahkan misteri

Satu, dua lompatan waktu mengantarkan aku pada kehampaan
Sepertinya sudah saatnya untuk diakhiri
Memulai segala sesuatunya harus lebih baik lagi
Agar aku bisa seperti mereka pada umumnya
Merasakan manis adalah manis
Merasakan pahit adalah pahit
Begitu juga asam dan asin
Agar aku lebih bisa mensyukuri apa yang aku punya saat ini
Tak hanya harap seperti mereka diluar sana.

Jumat, 28 Desember 2012

Kunjungan Pertamaku ke Palembang

Jembatan Ampera-Palembang (Google.com)
Jumat, 28 Desember 2012 jam 16:30 aku bertolak ke Palembang dari kantor sekaligus penjaraku nan suci. Hehe, kusebut demikian karena disitu kuhabiskan sebagian besar waktuku. Aku kerja diperusahaan yang menyediakan mess (tempat tinggal) bagi karyawannya. Keperluan sehari-hari bisa kami dapatkan dikoperasi dan kantin perusahaan. Jalan-jalanpun sering kami lakukan di lingkunga perusahaan, kebetulan perusahaan tempatku bekerja mempunyai pemandangan yang cukup mempesona. Disisi kanan diapit oleh perbukitan dan sisi kirinya diapit oleh pantai yang berhubungan langsung dengan lautan luas. Dari halaman mainoffice jika cuaca sedang bagus, kita bisa melihat anak gunung krakatau.

Perjalanan kami mulai dari kantor, yaitu tepatnya berada di Kota Kalianda (Lampug Selatan). Sebelum ke Palembang kami transit dulu ke Kota Bandar Lampung, karena teman seperjalananku tinggal di sana. Kami berangkat dengan cara nebeng mobil teman kantor kami yang searah jalan pulangnya. Di dalam mobil kami bertujuh dengan tujuannya masing-masing. Aku dan kedua temanku turun di depan kantor Balai Kota Bandar Lampung, karena sebelum ke Palembang kami akan belanja dulu ke Chandra Department store. Kami mengatur waktu sedemikian rupa, karena kami tengok jam tangan sudah menunjuk pukul 18.30, kami perkirakan sampai Chandra jam 19.00. Jadi waktu belanja kami hanya 30 menit, karena mobil travel akan jemput kami jam 20.00, padahal temanku perlu mandi, belum packing, dan tentunya persiapan lainnya. sebelum turun dari angkot, temanku berbisik,"Mbak, nanti kita jalannya harus cepat, belanjanya fokus pada hal-hal yang memang kita perlu dan harus dibeli, Mbak nanti cari tempat kasir yang kosong biar cepat.

Begitu angkot berhenti ku langsung kasih uang ke sopir yang sudah kami persiapkan sebelumnya Rp.2000 per orang. Kedua temanku bergegas turun, Mbak Cicik (yang mengajakku ke Palembang) berjalan dengan cepatnya, bahkan bisa dibilang sedikit berlari. Sedangkan satu temanku yang memang ke Chandra untuk belanja, tak bisa mengimbangi laju kami. Maklum dia Ibu-ibu beranak dua dan bebadan gemuk jadi tidak bisa melaju dengan cepat. Aku berusaha mengimbangi mereka, lajuku tak terlalu cepat juga tak terlalu lambat. Jadi posisiku ada ditengah-tengah mereka. Kuberi semangat Bu Lia, "Ayo, Bu. Ibu jalannya santai saja. Toh Ibu juga tidak buru-buru seperti kami, nanti kita katemu di swalayan saja." Setelah kudengar Bu Lia mengeluh, "Aduh, Mbak Nur. Tak bisa aku kalau harus berjalan terburu-buru seperti ini. Males aku, Mbak. Aku pulang aja, deh." Kudengar keluhnya putus asa. Aku yang tak punya pilihan hanya bisa bilang, "Oh, begitu? Ya sudah hati-hati, Bu Lia. Maafkan kami ya." (Jujur aku merasa tak enak hati sebenarnya, tapi sikonnya memaksaku berbuuat demikian).

Mbak Cicik sudah jauh dari ku, kulihat dia masih setengah berlari menuju pintu swalayan. Kuberusaha selalu mengawasinya biar tak kehilangan jejaknya. Tidak lucu kalau kami berpacu dengan waktu, eh malah saling mencari karena pisah diswalayan. Dengan cekatan kuambil barang-barang yang kubutuhkan dan langsung membayarnya ke kasir sambil terus mengawasi Mbak Cicik dari kejauhan. Belanja beres, kami bergegas keluar mencari pangkalan ojek  terdekat. Mbak Cicik berusaha menawar dua ojek untuk untuk kami dengan harga Rp.15.000. Tapi tukang ojek maunya Rp.15.000 per ojek. Mbak Cicik langsung menyeretku menuju ke seberang jalan raya. Akhirnya kami dapat ojek sesuai harga yang kita tawar, Rp.15.000 untuk dua ojek.

Akhirnya kami sampai di kediaman Mbak Cicik, yang terletak di seberang RS. Bumi Waras Kota Bandar Lampung. Kami setengah berlari menaiki tangga menuju kamar Mbak Cicik yang berada di lantai dua. Mbak Cicik mengeluarkan barang-barang yang akan dipacking ke Palembang. Aku bantu packing, sementara Mbak Cicik mandi, lalu bergegas sholat. Baru saja sajadah direntangkan, Hp Mbak Cicik berdering, dia angkat, ternyata sopir travel yang menelponnya. Mbak Cicik bilang ke sopir kalau dia mau sholat isya dulu. Rupanya si sopir tidak mau tahu, karena sudah waktunya penjemputan. Mbak Cicik pun menanggapinya dengan emosi, "Ya sudah tinggal sajalah, nanti kami ke loket saja sendiri." Aku bisa mengerti kenapa bak Cicik dari tadi terkesan grusah grusuh dan cepat emosi, karena ini akhir bulan sekaligus akhir tahun jadi kerjaan kantornya menuntut tenaga, waktu, dan pkiran yang ekstra. Ditambah lagi, dia mau pulang kampung, tapi belum prepare sedangkan waktu sudah mendesak.

Jam 19:35 kami keluar dari kediaman Mbak Cicik, sebelum menuju loket travel kami ke ATM, karena Mbak Cicik harus ambil uang dulu sebelum ke Palembang. Memang nasib lagi malang, sudah dibuu waktu, ternyata ATM error, Paniklah Mbak Cicik karena uang tiket belum ada. Uangku sisa untuk bayar 1 tiket, tapi kurang untuk bayar 2 tiket.

Sambil menunggu angkot yang akan membawa kami ke loket travel, kulihat di kejauhan ada ATM BNI, kuusulkan pada Mbak Cicik, aku ambil uang, Mbak Cicik nunggu angkot. Kami pun sepakat. 

Keluar dari ATM centre, Mbak Cicik belum juga mendapatkan angkot, kami putuskan untuk berjalan sambil mencari-cari siapa tahu ada ojek yang bisa membawa kami lebih cepat. Setelah berjalan kurang lebih 30 meter kami mendapatkan ojek sesuai dengan harga yang kami tawar Rp.10.000 untuk dua ojek. Syukur Alhamdulilah kami sampai di loket travel tepat pukul 20.00.

Dalam perjalanan menuju Palembang ada sedikit accident, kerusuhan antar warga di Lampung Tengah tepatnya dijembatan gotong royong kearah Metro. Mau tak mau sopir harus putar balik mencari jalan alternatif menghindari kerusuhan. Karena mobil yang membawa kami bensinnya sudah minim, sopir menyisir jalan sambil mencari-cari SPBU yang buka. Setelah melewati beberapa SPBU akhirnya kami bisa merapat untuk mengisi BBM. Dari percakapan antar sopir travel via telp. ku tahu penyebab tutupnya beberapa SPBU, tidak lain karena adanya kerusuhan. Mereka khawatir jika SPBU akan menjadi sasaran kerusuhan.

Alhamdulillah... Bensin sudah terisi, perjalanan bisa dilanjutkan kembali. Sopir kami koordinasi dengan sesama sopir travel yang menuju Palembang. Mereka berunding akan mengambil rute mana dan mereka sepakat untuk jalan beriringan untuk memudahkan koordinasi jika ada sesuatu hal terjadi. Kami melewati jalan-jalan alternatif beriringan kurang lebih 7 armada menuju kota Palembang.

Teras
 Syukur Alhamdulillah perjalanan lancar. Setelah memasuki kawasan Palembang para sopir mulai berpencar sesuai tujuan pnumpang masing-masing. Tepat saat adzan subuh berkumandang kami sampai di kediaman Mbak Cicik, yang beralamat di Jl. Merdeka, Kota Palembang. Di gerbang, seorang laki-laki paruh baya sudah siap menyambut kami. Mbak Cicik pun memperkenalkannya padaku sebagai kakak pertamanya, beliaulah yang tinggal bersama Ibu Mbak Cicik.

Halaman



Perlahan kumausi rumah keluarga Mbak Cicik, sebuah rumah ditengah kota dengan bangunan yang sudah berumur lebih dari 100 Th jika kuamati dari bentuk dan struktur bangunanya. Ternyata benar rumah itu adalah peninggalan nenek Mbak Cicik. Begitu masuk diruang keluarga yang menyatu dengan ruang tamu kulihat Ibu dan kakak Ipar Mbak Cicik baru saja selesai menjalankan sholat subuh. Lngsung saja ku jabat tangan mereka sebagai salam perkenalan. Kuletakkan semua barang bawaan, menuju kamar mandi untuk cuci muka untuk menghilangkan kotoran yang menempel dalam perjalanan.

Sabtu, 22 Desember 2012

KARANG dan OMBAK



Belakang Hatchery 11 PT. BLK, Lamsel
 Jika aku dulu mengidolakan KARANG

Itu karena KARANG terlihat begitu kuat dan tegar
Meski dihempas beribu gelombang yang bernama OMBAK,
KARANG tetap tak goyah
Tetap tenang, tak ada perlawanan sedikitpun dari KARANG
 ataupun berniat untuk menghindar dari ganasnya terjangan OMBAK yang bertubi-tubi
KARANG, keteguhanmu sungguh menawanku
Pada saat itu aku berharap sekali bisa bersikap seperti dirimu, KARANG
Aku berusaha menjadi kuat dan tegar menghadapi setiap persoalan yang datang 
Namun berkali-kali aku mencobanya, berkali-kali itu pula aku merasa lebih terpuruk 

Aku tidak mengerti, apa yang salah dengan diri ini...
Aku berlari membawa perih yang ada ke hamparan luas bagian dunia
Aku terdiam, sejenak merenung di tebing KARANG yang langsung menghadap ke Laut lepas
Kunikmati setiap alunan OMBAK yang menghempas KARANG
Deburan demi deburannya menghantam keteguhan KARANG

Saat itu kumulai perhatikan lekat-lekat tebing tempatku berpijak
KARANG, ternyata kau terkikis sedikit-demi sedikit oleh gempuran OMBAK

Setegar dan sekuat apapun dirimu, jika kau tetap diam dalam pendirianmu, pasrah dengan apapun yang akan terjadi, ketahuilah lambat laun kau akan habis terkikis oleh ganasnya OMBAK
Mulai saat itu aku tak ingin lagi menjadi sepertimu, KARANG
Maaf, kini aku ingin menjadi OMBAK saja

Ia mempunyai kekuatan dan kegigihan dalam menghadapi segala sesuatu
Kuat tenaganya, hingga mampu menyeret apapun yang ada diatasnya
Yang paling menawanku adalah kegigihannya, sampai-sampai mampu merobohkan KARANG dengan segala keangkuhannya
Deburannya bak yel-yel yang membakar semangat juangya 
Kekuatannya sampai mampu menembus celah-celah yang kecil sekalipun

Walau meski tak banyak yang mengagumi sosok OMBAK
Biarlah aku sendiri yang akan mencoba mengadopsi filsafat hidupnya
Hingga aku menjadi orang yang kuat, teguh, dan tetap gigih dalam menjalani hidup ini
Tidak hanya pasrah pada apa yang ada

"Karena ternyata kuat dan tegar saja tidak cukup untuk mnghadapi kerasnya hidup ini
Perlu ada usaha yang gigih untuk mencapai semua yang menjadi keinginan kita
Selain itu diperlukan usaha dan kegigihan untuk mempertahankan apa yang telah kita capai dan miliki"

22 Desember 2012, Kalianda Lamsel



Senin, 17 Desember 2012

Galau Tingkat Akut

Setelah kubuka-buka blogku, terlihat betul kalau aku ternya telah menjadi seorang pemalas akhir-akhir ini dalam hal menulis. Sudah beberapa waktu aku tmembiarkan blogku terbengkalai. Setalah berusaha keras mengingat-ingat apa saja aktivitasku akhir-akhir ini. Tuing.... ternyata mutlak kesalahan ada pada management waktuku yang amburadul akhir-akhir ini. Bukannya aku benar-benar terlalu sibuk hingga tega menelantarkan blogku tanpa sentuhan. Tapi karena aku salah mengatur waktu setelah pindah ditempat kerja yang baru. Terlena dengan rutintas yang terlalu santai dengan teman-teman baru yang terlalu baik dalam menemani hari-hariku yang baru. Kuhabiskan waktu bersama dengan asyik ngobrol "ngalor-ngidul" tanpa ujung. Karena selalu ada saja bahan untuk kami obrolkan. Asyik memang, tapi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. 

Aku harus ambil sikap, tak apalah sedikit keras dengan diri sendiri. Main atau bersenang-senang itu perlu, tapi tidak boleh lupa diri. Harus tetap fokus pada apa yang telah aku sepakati dengan diri sendiri pada waktu yang telah lalu. Harus selalu care dengan diri untuk memberikan segala sesuatu sesuai porsinya. Hehe... sok buanget dueh.... :)

OK... i'll try to it! May Allah bless me.... Aamien...

Kamis, 29 November 2012

The end of my contract

Dear Mr. Sule,

Previously, thank you for the opportunity given to me to join us with this Company. Lots of things I got there. There are skills, knowledge, and a good working relationship until near the time my contract ends.
Sorry, if I have to ask the continuation of my future employment status after this contract expired on February 8, 2013. There are some things I would ask;

Sabtu, 28 Januari 2012

Puting Beliung di Pulau Harapan dan Kelapa

Sudah beberapa hari menjelang Imlek angin bertiup kencang dari arah barat ke timur. Hal ini mengakibatkan beberapa nelayan tidak dapat melaut, transportasi juga terganggu perjalanannya. Kapal feri tidak beroperasi demi keamanan. Kapal kayu (Ojek) sebutan orang pulau tetap beroperasi untuk melayani penumpang yang mempunyai kebutuhan mendesak ke pulau lain atau ke kota. Meskipun kapal ojek beroperasi namun lama perjalanannya tidak dapat diprediksi karena nahkoda selalu melihat keadaan angin di lapangan, jika dirasa aman kapal terus berjalan, namun jika dirasa kurang aman, nahkoda memilih singgah terlebih dahulu di pulau terdekat sampai situasi perairan dirasa aman baru dilanjutkan perjalanan ke pulau tujuan. Yang biasanya kapal mampu menempuh perjalanan selama 3-4 jam menjadi belasan jam jika cuaca sedang buruk.

***

Pagi ini kami berdua, aku dan Amel dapat undangan dari Bapak Camat Kepulauan Seribu Utara dalam rangka Ratek (Rapat Teknis) untuk membahas pengajuan program awal tahun. Alhamdulillah, kami senang menyambut undangan tersebut. Kami berdua tak sabar menunggu datangnya hari itu. Segala sesuatunya kami persiapkan dengan matang. Karena bagiku ini kesempatan yang baik untuk memperkenalkan diri serta program yang kami bawa untuk masyarakat Pulau Seribu Utara.

Acara seharusnya akan dimulai tepat pukul 11.00 WIB, tapi rencana tinggal rencana. Sampai pukul 11.15 WIB acara belum juga dimulai. Karena masih menunggu perwakilan dari Kelurahan Pulau Pramuka dan beberapa perwakilan dari dinas-dinas terkait.

Setelah menunggu beberapa saat, pihak kecamatan mendapatkan kabar bahwa mereka yang belum datang tidak dapat mengikuti rapat dikarenakan ombak dilautan yang lumayan tinggi, selain itu cuaca juga sedang tidak bersahabat untuk mengarungi lautan. Rapatpun dimulai dengan peserta dari Kelurahan Kelapa, Harapan, dan beberapa orang pejabat kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Rapat dibuka, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Camat Kepulauan Seribu Utara "Atok baroni". Sesion selanjutnya adalah pemaparan oleh masing-masing perwakilan kelurahan untuk menyampaikan usulan program yang telah disepakati bersama dari tingkat RT, RW, dan Kelurahan.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB, maka rapat di scors untuk istirahat (Isoma) dan rapat akan dimulai kembali pada pukul 13.00 WIB.Semua undangan dipersilahkan mengambil nasi kotak yang telah disediakan dan dilanjutkan dengan sholat. Saya dan Amel kebetulan tidak membawa mukena, maka kami pamit untuk sholat dzuhur di mess.

Kami buru-buru pulang ke mess agar bisa kembali tepat waktu. Keluar dari gerbang kecamatan, suasana langit mendung. Kami sempat memperhatikan pemandangan disekeliling jalan dari kecamatan ke pulau Kelapa dan Harapan ke arah laut. Warna airnya kehijauan dan langitnya agak kelam. Kami mencoba mempercepat langkah takut terjebak hujan diperjalanan.

Saat melintas diperbatasan antara Pulau Kelapa dan Pulau Harapan tiba-tiba situasi semakin gelap dan angin bertiup agak kencang. Dari situ kami memutuskan untuk berlari agar cepat sampai mess. Beberapa detik kemudian air laut mulai berhamburan seperti hujan, terbawa angin kedaratan. Aku dan Amel mulai ketakutan  karena ditengah-tengah jalan menuju Pulau Harapan tidak pagar pembatas atau pepohonan antara darat dan lautan.

Seper sekian detik tiba-tiba suasana menjadi gelap gulita, angin berhembus sangat kencang sampai-sampai tubuhku terseret dari tengah jalan sampai di tepi, nyaris masuk ke laut jika tanganku tidak menyambar batang pohon. Tidak tahu apa yang harus diperbuat yang ada hanya bisa istighfar dan memasrahkan segalanya pada yang Maha Kuasa. Karena dalam waktu sekejab pohon-pohon roboh, tumbang, dan patah. Tiang-tiang listrik rusak, papan petunjuk dan seng-seng beterbangan bagai kapas. Jalan seketika jadi buntu tertutup pohon-pohon yang roboh. Aku dan Amel lari tunggang langgang mencari celah yang bisa dilewati dibawah reruntuhan pohon-pohon, atap rumah dan benda-benda lainnya.

Dengan susah payah akhirnya kami bisa mencapai rumah warga, denagn tergopoh-gopoh kami memohon perlindungan pada rumah pertama yang kami singgahi. Ada seorang ibu dengan seorang anak dalam gendongannya keluaur dari rumah dengan tanpa ba bi bu, langsung menyeret Amel menjauh dari rumah tersebut karena menurut ibu tadi, disitu bukan tempat yang aman. Aku hanya bisa mengikuti dari belakang dengan pikiran yang entah tak karuan.

Akhirnya sampailah kami pada sebuah rumah yang dirasa aman untuk berlindung, tapi ternyata tiba-tiba pohon mangga besar roboh menimpa rumah warga di depan mata kepala kami. Innalillahi... Kami hanya bisa pasrah dengan semua ini. Orang-orang berlalu lalang sambil menangis tak karuan melihat rumah mereka hancur dalam sekejab.

Aku dan Amel mencoba menenangkan diri dan berusaha mengabarkan keadaan ini kepada keluarga dan pihak-pihak terkait.

Subkhanallah, kami setengah tidak percaya benar-benar mengalami peristiwa ini. Bencana Puting Beliung di Pulau Kelapa dan Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Rabu, 25 Januuari 2012 sekitar pukul 12.30 WIB. Semoga kejadian ini bisa membuat kami sadar bahawa kita sangat kecil dihadapan-Nya. Ada kekuatan yang Maha dahsyat diatas segala-galanya. Kesombongan yang sering merajai setiap jiwa, tidak ada artinya lagi. Dari sini kita bisa mengambil banyak hikmah yang terkandung untuk sekedar merenung tentang apa yang telah kita perbuat selama ini atau bahkan lebih dari itu. Kita dibuatNya sadar bahwa hidup kita sudah ada yang mengatur, akan selalu ada peringatan/rambu-rambu jika kita mulai keluar dari alurnya. Kembalikan semuanya pada Sang Maha Kuasa, bahwa kita terlahir untuk mengabdi padaNya, jadi niatkan semua yang kita lakukan adalah untuk menggapai ridhoNya. Kita mulai dari diri sendiri untuk saling mencintai diri, sesama, dan lingkungan sekitar.