Sabtu, 28 Januari 2012

Puting Beliung di Pulau Harapan dan Kelapa

Sudah beberapa hari menjelang Imlek angin bertiup kencang dari arah barat ke timur. Hal ini mengakibatkan beberapa nelayan tidak dapat melaut, transportasi juga terganggu perjalanannya. Kapal feri tidak beroperasi demi keamanan. Kapal kayu (Ojek) sebutan orang pulau tetap beroperasi untuk melayani penumpang yang mempunyai kebutuhan mendesak ke pulau lain atau ke kota. Meskipun kapal ojek beroperasi namun lama perjalanannya tidak dapat diprediksi karena nahkoda selalu melihat keadaan angin di lapangan, jika dirasa aman kapal terus berjalan, namun jika dirasa kurang aman, nahkoda memilih singgah terlebih dahulu di pulau terdekat sampai situasi perairan dirasa aman baru dilanjutkan perjalanan ke pulau tujuan. Yang biasanya kapal mampu menempuh perjalanan selama 3-4 jam menjadi belasan jam jika cuaca sedang buruk.

***

Pagi ini kami berdua, aku dan Amel dapat undangan dari Bapak Camat Kepulauan Seribu Utara dalam rangka Ratek (Rapat Teknis) untuk membahas pengajuan program awal tahun. Alhamdulillah, kami senang menyambut undangan tersebut. Kami berdua tak sabar menunggu datangnya hari itu. Segala sesuatunya kami persiapkan dengan matang. Karena bagiku ini kesempatan yang baik untuk memperkenalkan diri serta program yang kami bawa untuk masyarakat Pulau Seribu Utara.

Acara seharusnya akan dimulai tepat pukul 11.00 WIB, tapi rencana tinggal rencana. Sampai pukul 11.15 WIB acara belum juga dimulai. Karena masih menunggu perwakilan dari Kelurahan Pulau Pramuka dan beberapa perwakilan dari dinas-dinas terkait.

Setelah menunggu beberapa saat, pihak kecamatan mendapatkan kabar bahwa mereka yang belum datang tidak dapat mengikuti rapat dikarenakan ombak dilautan yang lumayan tinggi, selain itu cuaca juga sedang tidak bersahabat untuk mengarungi lautan. Rapatpun dimulai dengan peserta dari Kelurahan Kelapa, Harapan, dan beberapa orang pejabat kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Rapat dibuka, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Camat Kepulauan Seribu Utara "Atok baroni". Sesion selanjutnya adalah pemaparan oleh masing-masing perwakilan kelurahan untuk menyampaikan usulan program yang telah disepakati bersama dari tingkat RT, RW, dan Kelurahan.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB, maka rapat di scors untuk istirahat (Isoma) dan rapat akan dimulai kembali pada pukul 13.00 WIB.Semua undangan dipersilahkan mengambil nasi kotak yang telah disediakan dan dilanjutkan dengan sholat. Saya dan Amel kebetulan tidak membawa mukena, maka kami pamit untuk sholat dzuhur di mess.

Kami buru-buru pulang ke mess agar bisa kembali tepat waktu. Keluar dari gerbang kecamatan, suasana langit mendung. Kami sempat memperhatikan pemandangan disekeliling jalan dari kecamatan ke pulau Kelapa dan Harapan ke arah laut. Warna airnya kehijauan dan langitnya agak kelam. Kami mencoba mempercepat langkah takut terjebak hujan diperjalanan.

Saat melintas diperbatasan antara Pulau Kelapa dan Pulau Harapan tiba-tiba situasi semakin gelap dan angin bertiup agak kencang. Dari situ kami memutuskan untuk berlari agar cepat sampai mess. Beberapa detik kemudian air laut mulai berhamburan seperti hujan, terbawa angin kedaratan. Aku dan Amel mulai ketakutan  karena ditengah-tengah jalan menuju Pulau Harapan tidak pagar pembatas atau pepohonan antara darat dan lautan.

Seper sekian detik tiba-tiba suasana menjadi gelap gulita, angin berhembus sangat kencang sampai-sampai tubuhku terseret dari tengah jalan sampai di tepi, nyaris masuk ke laut jika tanganku tidak menyambar batang pohon. Tidak tahu apa yang harus diperbuat yang ada hanya bisa istighfar dan memasrahkan segalanya pada yang Maha Kuasa. Karena dalam waktu sekejab pohon-pohon roboh, tumbang, dan patah. Tiang-tiang listrik rusak, papan petunjuk dan seng-seng beterbangan bagai kapas. Jalan seketika jadi buntu tertutup pohon-pohon yang roboh. Aku dan Amel lari tunggang langgang mencari celah yang bisa dilewati dibawah reruntuhan pohon-pohon, atap rumah dan benda-benda lainnya.

Dengan susah payah akhirnya kami bisa mencapai rumah warga, denagn tergopoh-gopoh kami memohon perlindungan pada rumah pertama yang kami singgahi. Ada seorang ibu dengan seorang anak dalam gendongannya keluaur dari rumah dengan tanpa ba bi bu, langsung menyeret Amel menjauh dari rumah tersebut karena menurut ibu tadi, disitu bukan tempat yang aman. Aku hanya bisa mengikuti dari belakang dengan pikiran yang entah tak karuan.

Akhirnya sampailah kami pada sebuah rumah yang dirasa aman untuk berlindung, tapi ternyata tiba-tiba pohon mangga besar roboh menimpa rumah warga di depan mata kepala kami. Innalillahi... Kami hanya bisa pasrah dengan semua ini. Orang-orang berlalu lalang sambil menangis tak karuan melihat rumah mereka hancur dalam sekejab.

Aku dan Amel mencoba menenangkan diri dan berusaha mengabarkan keadaan ini kepada keluarga dan pihak-pihak terkait.

Subkhanallah, kami setengah tidak percaya benar-benar mengalami peristiwa ini. Bencana Puting Beliung di Pulau Kelapa dan Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Rabu, 25 Januuari 2012 sekitar pukul 12.30 WIB. Semoga kejadian ini bisa membuat kami sadar bahawa kita sangat kecil dihadapan-Nya. Ada kekuatan yang Maha dahsyat diatas segala-galanya. Kesombongan yang sering merajai setiap jiwa, tidak ada artinya lagi. Dari sini kita bisa mengambil banyak hikmah yang terkandung untuk sekedar merenung tentang apa yang telah kita perbuat selama ini atau bahkan lebih dari itu. Kita dibuatNya sadar bahwa hidup kita sudah ada yang mengatur, akan selalu ada peringatan/rambu-rambu jika kita mulai keluar dari alurnya. Kembalikan semuanya pada Sang Maha Kuasa, bahwa kita terlahir untuk mengabdi padaNya, jadi niatkan semua yang kita lakukan adalah untuk menggapai ridhoNya. Kita mulai dari diri sendiri untuk saling mencintai diri, sesama, dan lingkungan sekitar.