Minggu, 17 Februari 2013

INDAHNYA KEBERSAMAAN


08.00 WIB handphoneku berdering, kulihat ada panggilan dari rekan kerja. Saat itu aku sudah siap meluncur ke kantor. Rekanku iseng, diawal telephon menanyakan apakah aku sudah bangun dan sudah mandi. Sontak kujawab dengan senyum seringai kuda bahwa aku sudah siap untuk meluncur. Dari belakang telephon kudengar suara cekikikan dari teman-teman yang lain. To the point, tujuan rekanku telephon adalah menanyakan apakah aku punya stock margarin di mess. Kujawab "nggak, kalian kan tahu ku ga pernah masak karena ga punya fasilitas untuk memasak". Setelah kutanya lebih lanjut untuk apa margarin tersebut, mereka serempak bilang untuk bakar jagung. Maka kulangsung bilang, "OK. Nanti aku belikan di koperasi".

Aku segera meluncur ke kantor sambil menjemput rekan kerja yang mau ikut bareng. Tak butuh waktu lama untuk mencapai tempat kerja dengan motor inventaris perusahaan karena jarak antara mess dan kantor kurang dari 1 KM.



Sampai dikantor kulangsung melesat ke tempat teman-teman biasa ngumpul sebelum dan sesudah bekerja. Melihat kedatanganku sontak mereka menagih margarin apakah sudah dibeli. Aku hanya senyum-senyum saja mendengar pertanyaan mereka, karena kupikir mereka bercanda. Setelah ku cek jagungnya benar-benar ada, ku langsung pergi ke koperasi untuk beli margarin.

*&*

Sebagian rekan-rekan ada yang membuat perapian, sebagian lagi ada yang kerja bakti membersihkan lingkungan kantor. Aku sendiri sibuk dengan urusan kantor yang harus diselesaikan hari itu juga.

Jam 09.30 WIB salah satu rekan kerjaku datang keruanganku dengan dua buah jagung bakar yang masih hot ditangannya, langsung dia berikan padaku. Senyum manisku mengembang seketika menyambut pemberiannya yang langsung kususul dengan ucapan terima kasih padanya.

Karena pekerjaanku sudah beres, akupun keluar dari ruang kerja untuk ikut berkumpul bersama mereka. Tak rela melewatkan begitu saja waktu untuk bercengkerama bersama rekan-rekan tercinta.

Disela-sela asyiknya perbincangan dengan rekan-rekan aku ingat jika salah satu rekan kami dari Lab. Dept. ada yang ulang tahun. Karena dia sedang cuti, maka kucoba menelephonnya. Setelah kucoba dua kali menghubunginya tidak ada respons, maka mulai terpikir untuk menghubungi rekan kami satunya yang lagi cuti juga. Alhamdulillah direspon. Load speaker kuaktifkan, biar semua rekan bisa ikut mendengarkannya. Ngobrol panjang lebar satu persatu rekan kupersilahkan untuk ikut ngomong dengannya. 

Setelah habis bahan pembicaraan tiba-tiba salah satu rekan kami ada yang nyeletuk, "Ayo main ke rumah Mbak Tri rame-rame". Langsung kuiyakan begitu saja usul temanku tadi, rekan yang lain pun sependapat denganku. 

Kita adakan diskusi kecil dan santai demi suksesnya rencana perjalanan ke rumah rekan kami. Akhirnya kami sepakat lima orang termasuk aku yang akan ikut dalam perjalanan tersebut. Satu orang rekan kami yang sudah pernah ke sana, kami jadikan sebagai penunjuk jalan.

Agus memintaku untuk membonceng motornya karena dia belum mempunyai Surat Izin Mengemudi alias SIM. Jadi jika ada apa-apa dijalan aku siap untuk mengambil alih kendali stir. Alhamdulillah perjalanan menuju rumah rekan kami berjalan lancar, aman, dengan cuaca yang cerah bahkan cenderung panas. Perjalanan memakan waktu dua jam tidak kurang tidak lebih. Sepanjang jalan kami saling beriringan dengan tiga motor.


*&*

Rasa penasaranpun terjawab setelah kami sampai di rumah rekan kami. Disebuah desa yang masih asri dipinggir Kota Bandar Lampung. Rumah-rumah yang masih mempunyai halaman dan pekarangan yang luas dengan ditanami berbagai macam tanaman (Buah, sayur, dan pohon berkayu).

Motor, kami parkir dihalaman yang baru saja dipotong rumputnya sehingga terlihat rapi. Kuucapkan salam kepada pemilik rumah sebagai tanda bahwa kami sudah sampai dan ingin bertemu dengan tuan rumahnya. Tak lama kemudian sang pemilik rumah keluar menyambut kami dengan senyum ramah teruntai dibibirnya. Tak lain tak bukan, dialah rekan kami seorang gadis cantik berkulit halus dan bersih. hari itu ia menyambut kami dengan mengenakan atasan kaos dan bawahan rok, rambut panjang dibawah pinggang yang hitam legam dibiarkan terurai menjadikannya terlihat begitu feminim.

*&*

Hah.... lega rasanya, meski masih berasa mimpi bisa sampai tempat ini tanpa rencana sebelumnya. Padahal malam sebelum aku datang ke sini aku sempat berpikir selagi aku masih di Lampung, aku ingin tahu rumah rekan kerjaku satu persatu. Bahkan yang lebih mengherankan lagi sebelum Mbak Tri cuti aku sempat cerita kalau aku pengen jagung manis serut direbus trus ditaburi keju, coklat dan susu kental manis. Eh pagi harinya semua keinginanku terkabul. Kuceritakan hal itu pada semua rekanku, mereka serentak berucap, "Syukur, Alhamdulillah". Dari situ aku semakin yakin bahwa Allah, Tuhanku Yang Maha Segala-galanya sangat menyayangiku. Jadi bertambah deh rasa cintaku pada-Nya. Terima kasih Allah... Kau selalu mengerti mauku.

*&*

 Setelah duduk beberapa saat sambil menikmati hidangan yang disajikan pemilik rumah, kami melihat-lihat halaman dan pekarangan rumah rekan kami dan juga lingkungan sekitarnya. Tiba-tiba mata kami tertuju pada pohon nan rimbun daun dan buahnya. Sepertinya sang pemilik rumah maksud senyum kami dan lirikan mata kami yang nakal. Rekan kami langsung bilang, "Eh, kalian mau ambil rambutan?" Kami serempak meniyakan meskipun dengan agak tersipu hehe... :)


Chandra dan Agus langsung siap-siap memanjat pohon yang bercabang-cabang dan buahnya sudah terlihat ranum. Aku dan teman lainnya cukup memetik dari dahan yang bisa terjangkau oleh tangan kami. Ditengah asyiknya Chandra dan Agus nangkring di atas pohon, mereka meraung kesakitan karena ternyata semut rang-rang mulai terusik oleh keberadaan mereka. Sorry, kawan.... Ayo buruan turun... sepertinya sudah cukup tiga kantong plastik rambutan untuk kita nikmati. Ups.... :p

Setelah puas menikmati pekarangan dan lingkungan sekitar kami siap-siap untuk pulang karena tidak terasa jam tanganku sudah menunjukkan pukul 13.30. Maka sebelum pulang ku minta izin kepada tuan rumah untuk ikut melaksanakan sholat dhuhur terlebih dahulu.

Begitu keluar dari tempat sholat, kuperhatikan langit terlihat mendung, bahkan titk-titik air sudah berjatuhan. Maka kami bergegas pamit kepada tuan rumah. Pelukan hangat sebagai rasa terima kasih sekaligus tanda perpisahan kepada tuan rumah kuwakilkan. Hehe... jangan iri ya, yang lain:p Eits...bukan apa-apa, hanya satu alasannya, karena aku satu-satunya perempuan diantara empat rekan-rekan ku:)

Kami berlima melaju dengan kencang, namun baru beberapa kilo meter dari rumah rekan kami, hujan turun. Beberapa kali kami sempat berteduh karena hujan terlalu lebat dan tak ada jas hujan yang bisa kami pakai. Sambil menunggu hujan reda, kubagikan permen kopi kepada keempat rekanku. "Lumayan sebagai gantinya ngopi, biar nggak nganuk, Kawan...." Candaku pada mereka. Halah, gimana mau ngantuk? apapun yang kami lihat dihadapan kami bisa jadi bahan obrolan atau sekedar candaan yang renyah ditengah guyuran hujan deras yang tak kunjung reda. Bahagianya, bisa haha....hihi.....tanpa beban bersama mereka =D

Begitu hujan agak reda, kami lanjutkan perjalanan kembali. Selain karena sudah sore, salah satu rekan kami ada urusan pribadi setelah sampai rumah nanti akan langsung berangkat ke Lampung Timur.

Tapi hujan kembali turun dengan derasnya saat kami memasuki kota Panjang. Agus menepikan motornya, berteduh di bawah jembatan PLTU. Katanya sembari menunggu rekan kami yang menurut sepengetahuan Agus, mereka masih dibelakang kami. Agus meminta izin padaku untuk mencari toilet, karena dia sudah kebelet untuk buang air kecil. Aku pun mengiznkannya. Sambil melihat arah belakang, untuk menyisir satu persatu pengendara sepeda motor yang berlalu. Siapa tahu satu diantara mereka adalah teman kami. Setelah menunggu beberapa lama rekan kami tak kelihatan melintas, maka kami putuskan melanjutkan perjalanan. Di atas sepeda motor ku coba menelpon dan SMS rekan kami, namun tak ada jawaban.

Begitu sampai di kota Dalam tak ada tanda-tanda hujan, bahkan cuaca cenderung panas. Agus menepi untuk melepas jas hujan. Aku berusaha menghubungi nomor rekan kami kembali, Alhamdulillah diangkat. Sontak ku tertawa geli menjelas penjelasan mereka, karena mereka sudah samapai di rumah Pak Edi. Agus ikut tertawa mendengar penjelasan tsb, ia meminta Chandra untuk menunggu di pertigaan Sidomulyo. Rencananya aku akan melanjutkan perjalanan bersama Chandra sampai di pertigaan Merak Belantung, arah Kalianda resort (Krakatoa). Setelah itu aku minta dijemput seorang rekan yang tinggal di mess perusahaan, dengan motor iventaris. Aku menunggu jemputan di depan warung kopi sebelah pangkalan ojek Merak Belantung. Orang-orang yang ada disitu melihatku dengan tatapan aneh. Aku tak heran dengan tatapan mereka, karena kuyakin mereka dalam hati brkata, "Orang aneh, panas terik seperti ini kok sekujur tubuh basah kuyup? Pasti habis jeguran dipantai ga bawa baju ganti! atau mungkin ada yang berpikir kalo aku baru saja kecemplung got!" Waduh.... jangan neggatif thinking dong!!! Aku ni kehujanan tahu... dari Bandar Lampung sampai Kota Panjang...!!! teriakku dalam hati. Ups.... mana ada yang denger ya, apalagi mengerti. Mereka yang melihahtku kan ga punya ilmu kebatinan :)

Tak perduli apa kata mereka. Pokoknya hari ini aku lagi happy....Karena apa??? Hehe... Karena dalam perjalanan ini kubisa mengambil hikmah untuk diri sendiri yang ternyata sebagai manusia kurang sekali rasa syukurnya. Betapa tidak??? Bayangkan, sudah punya 1 pengen 2, sudah punya ini, pengen itu, dan lain sebagainya. Padahal yang namanya bahagia ternyata sangat....sangat relatif ukurannya....

Alhamdulillah ya Rabb... Engkau telah memperjalankan hambamu ini untuk menambah rasa iman dan taqwa di dalam dada. Seoga masih ada perjalalanan-perjalanan lain yang lebih baik dan membawa hikmah yang datagnya dari-Mu.... Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar